Jumat, 02 Desember 2011

Salah Bahasa :)



Ada pengalaman yang sampai saat ini masih saya ingat. Cerita dimulai ketika saya masih duduk di kelas 3 SMP. Waktu itu sekolah kami mengadakan tour dan merangkap sebagai piknik perpisahan kelas 3 ke Jakarta, ada beberapa tempat yang kami kunjungi dan salah satunya adalah DUFuN,  Ancol.
Saat itu saya dan ke-2 teman saya terpisah dengan kelompok. Awalnya kami ber-3 masih santai dan menikmati wahana yang ada di Ancol, namun makin lama hari makin sore dan kami mencoba untuk keluar dari wahana dan kembali ke bus. Tapi karena itu hal pertama kalinya kami mengunjungi Ancol, wajar saja kami sedikit bingung dengan suasana dan kedaan lingkungannya, termmasuk jalan keluar.
Kami ber-3 makin bingung karena tak kunjung menemukan jalan keluar, akhirnya kami menelfon salah satu teman. “ Tuuutttt….tuuutttt….” suara telfon yang tersambung. “ Hallo….” Huft akhirnya diangkat juga. Kata dalam hati. “ Lu dimana Ne?” jawab salah satu temen saya. “guwe di TimeZone nie, lu kesini aja” jawabnya. Kemudian telfonpun terputus. Permasalah yang baru adalah, lalu dimana TimeZone itu? Kita semua makin bingung.
Karena tak ada jalan  keluar lagi kami berniat untuk bertanya orang yang ada disekitar situ. Kebetulan ada satu keluarga yang sedang duduk-duduk di taman. Dan akhirnya saya memutuskan untuk bertanya
“ Maaf, TimeZone niku pundi geh?” Pertanyaan yang saya ajukan, tapi aneh kenapa keluarga itu bingung sambil menatap saya dengan anehnya. Dan teman sayapun mengingatkan saya bahwa ini Jakarta bukan di Solo, saya pun segera sadar dan memperbaiki pertanyaan saya dengan wajah merah padam karena malu “maaf ya pak, sekali lagi maaf. Eee…. maksud saya TimeZone itu dimana ya?” setelah saya mengganti bahasa mereka mulai mengerti dan paham maksud kami. “ ohhh….TimeZone ya…. Disebelah sana dik.” Sambil menunjukan arah kekanan. Sebelum pergi kami berterimakasih kepada keluarga itu. Dijalan kami semua tertawa karena mengingat kejadian yang sangat memalukan tersebut, terkhususnya bagi saya sendiri.

Catatan *niku pundi geh: merupakan bahasa jawa krama alus (tingkatan dalam bahasa jawa yang paling halus/sopan, digunakan untuk orang yang lebih muda berbicara kepada orang yang lebih tua) yang “artinya itu dimana ya”

Dari sini saya mulai mengerti, bahwa penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari memang harus sopan namun yang paling penting adalah kesatuan bahasa antara pendengar dan pembicara. Tanpa ada keselarasan antara bahasa keduanya, tidak akan adanya komunikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar