Ada pengalaman yang
sampai saat ini masih saya ingat. Cerita dimulai ketika saya masih duduk di
kelas 3 SMP. Waktu itu sekolah kami mengadakan tour dan merangkap sebagai
piknik perpisahan kelas 3 ke Jakarta, ada beberapa tempat yang kami kunjungi
dan salah satunya adalah DUFuN, Ancol.
Saat itu saya dan
ke-2 teman saya terpisah dengan kelompok. Awalnya kami ber-3 masih santai dan
menikmati wahana yang ada di Ancol, namun makin lama hari makin sore dan kami
mencoba untuk keluar dari wahana dan kembali ke bus. Tapi karena itu hal
pertama kalinya kami mengunjungi Ancol, wajar saja kami sedikit bingung dengan
suasana dan kedaan lingkungannya, termmasuk jalan keluar.
Kami ber-3 makin
bingung karena tak kunjung menemukan jalan keluar, akhirnya kami menelfon salah
satu teman. “ Tuuutttt….tuuutttt….” suara telfon yang tersambung. “ Hallo….”
Huft akhirnya diangkat juga. Kata dalam hati. “ Lu dimana Ne?” jawab salah satu
temen saya. “guwe di TimeZone nie, lu kesini aja” jawabnya. Kemudian telfonpun
terputus. Permasalah yang baru adalah, lalu dimana TimeZone itu? Kita semua
makin bingung.
Karena tak ada
jalan keluar lagi kami berniat untuk bertanya orang yang ada disekitar
situ. Kebetulan ada satu keluarga yang sedang duduk-duduk di taman. Dan
akhirnya saya memutuskan untuk bertanya
“ Maaf, TimeZone niku
pundi geh?” Pertanyaan yang saya ajukan, tapi aneh kenapa keluarga itu
bingung sambil menatap saya dengan anehnya. Dan teman sayapun mengingatkan saya
bahwa ini Jakarta bukan di Solo, saya pun segera sadar dan memperbaiki
pertanyaan saya dengan wajah merah padam karena malu “maaf ya pak, sekali lagi
maaf. Eee…. maksud saya TimeZone itu dimana ya?” setelah saya mengganti bahasa
mereka mulai mengerti dan paham maksud kami. “ ohhh….TimeZone ya…. Disebelah
sana dik.” Sambil menunjukan arah kekanan. Sebelum pergi kami berterimakasih
kepada keluarga itu. Dijalan kami semua tertawa karena mengingat kejadian yang
sangat memalukan tersebut, terkhususnya bagi saya sendiri.
Catatan *niku pundi geh:
merupakan bahasa jawa krama alus (tingkatan dalam bahasa jawa yang
paling halus/sopan, digunakan untuk orang yang lebih muda berbicara kepada
orang yang lebih tua) yang “artinya itu dimana ya”
Dari sini saya mulai mengerti, bahwa
penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari memang harus sopan namun yang
paling penting adalah kesatuan bahasa antara pendengar dan pembicara. Tanpa ada
keselarasan antara bahasa keduanya, tidak akan adanya komunikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar