A.
Definisi Empowerment
Shardlow (1998),
pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.
Empowerment adalah sebuah konsep
pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum berbagai nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered,
participatory, empowering, and sustainable” (Chambers, 1988).
B. Kunci
efektif Empowerment
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann
muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”.
Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam
menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan
harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan
nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan
ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan
masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat
amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya Friedmann dalam Prijono dan Pranaka (1996)
menyatakan bahwa kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses
terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi,
pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber
keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut
meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan
yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan
produktif mereka.
C.
Definisi Stres
Menurut lazarus (1976), stres adalah
suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan
pada situasi internal dan eksternal.
Jadi stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat
seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan
apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya
dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum
rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
D. Sumber Stres
a.
Faktor
lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi,
ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan
organisasi.
b.
Faktor
organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang
dapat menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau
menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan
yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan
adalah beberapa di antaranya.
c.
Faktor
pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga,
masalah ekonomi pribadi, sertakepribadian dan karakter yang melekat
dalam diri seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang
sangat mementingkan hubungan keluarga dan
pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan
kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa.
E. Pendekatan
Stres
Ada dua pendekatan dalam mengatasi
stres, yaitu:
a.
Pendekatan
individual
Seorang
karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat
stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
1) Teknik manajemen waktu
2) Meningkatkan latihan fisik
3) Pelatihan pengenduran (relaksasi)
4) Perluasan jaringan dukungan social
5) Pendekatan Organisasional
b.
Pendekatan
Perusahaan
1) Perbaikan seleksi personil dan
penempatan kerja
2) Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
3) Perancangan ulang pekerjaan
4) Peningkatan keterlibatan kerja
5) Perbaikan komunikasi organisasi
6) Penegakkan program kesejahteraan korporasi
(Robbins, 2002: 311-312)
F. Definisi
Konflik
Konflik merupakan suatu gejala yang
umumnya muncul sebagai akibat dari interaksi manusia dalam hidup bermasyarakat.
Konflik akan timbul ketika terjadi persaingan baik individu maupun kelompok.
Konflik juga bisa dipicu karena adanya perbedaan pendapat antara
komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat membuatnya saling mempertahankan
ego dan memicu timbulnya pertentangan.
G.
Jenis-jenis Konflik
Lima
jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
1.
Konflik dalam diri individu. Terjadi bila seorang individu menghadapi
ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk dilaksanakan. Ataupun
bila berbagai permintaan pekerjaan saling bertentangan, atau bila individu
diharapkan untuk melakukan lebih dari kemampuannya.
2. Konflik antar individu dalam
organisasi yang sama. Hal ini sering diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan
kepribadian.Konflik ini berasal dari adanya konflik antar peranan, seperti
antara manajer dan bawahan.
3. Konflik antar individu dan kelompok. Berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama. Terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok atau antar organisasi.
5. Konflik antar organisasi. Timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga–harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.
3. Konflik antar individu dan kelompok. Berhubungan dengan cara individu menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.
4. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama. Terjadi pertentangan kepentingan antar kelompok atau antar organisasi.
5. Konflik antar organisasi. Timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga–harga lebih rendah, dan penggunaan sumber daya lebih efisien.
H. Proses
Konflik
Proses
Konflik Proses konflik terdiri dari lima tahap antara lain potensi oposisi
atau ketidakcocokan,kognisi dan personalisasi, maksud (niat), perilaku, dan
hasil. Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai
berikut:
· Batasan pekerjaan
yang tidak jelas.
· Hambatan komunikasi.
· Tekanan waktu.
· Standar, peraturan
dan kebijakan yang tidak masuk
akal.
· Pertikaian antara pribadi.
· Perbedaan status.
· Harapan yang tidak terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Suharto,
Edi, (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: Refika Aditama
Shardlow,
Steven. (1998). Values, Ethics and Social Work. Di dalam : Robert Adams, Lena
Dominelle, Malcolm Payne, editor. Social Work : Themes, Issues
and Critical Debates.London : Mac Millan Press Ltd
Lord Jhon dan Pegy Hutchion dalam jurnal " the prosses of empowerment" . Canada
1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar