1.
Arti
Penting Stress
·
Pengertian
Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental.
Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress
dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.
Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun
mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan
karena stress, disebut strain.
·
Efek-Efek Stress
1. Depresi
Seperempat dari orang yang mengalami stres berat bisa menjadi depresi. “Stres berat kronis akan mengganggu kemampuan kita untuk mengatur emosi," kata Cohen.
2. Obesitas
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Nature Medicine pada 2008 menyatakan bahwa, ketika stres, tubuh melepaskan molekul yang disebut neuropeptide Y, yang mensimulasikan sel-sel lemak untuk tumbuh baik dalam ukuran dan jumlah yang tinggi. Selain itu, stres kronis yang dialami seseorang cenderung membuat diet jadi tidak sehat.
3. Demensia (kemerosotan daya ingat)
Sebuah studi 2009 Neurology melaporkan bahwa para orang tua yang sering tertekan dan terisolasi, 50 persen lebih mungkin mengembangkan penyakit demensia pada rekan-rekan mereka yang lebih tenang dan jarang stres dibanding orang tanpa stres. (dar)
Seperempat dari orang yang mengalami stres berat bisa menjadi depresi. “Stres berat kronis akan mengganggu kemampuan kita untuk mengatur emosi," kata Cohen.
2. Obesitas
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Nature Medicine pada 2008 menyatakan bahwa, ketika stres, tubuh melepaskan molekul yang disebut neuropeptide Y, yang mensimulasikan sel-sel lemak untuk tumbuh baik dalam ukuran dan jumlah yang tinggi. Selain itu, stres kronis yang dialami seseorang cenderung membuat diet jadi tidak sehat.
3. Demensia (kemerosotan daya ingat)
Sebuah studi 2009 Neurology melaporkan bahwa para orang tua yang sering tertekan dan terisolasi, 50 persen lebih mungkin mengembangkan penyakit demensia pada rekan-rekan mereka yang lebih tenang dan jarang stres dibanding orang tanpa stres. (dar)
4. Sering infeksi
Berdasarkan analisa tahun 2004, dari 293 penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Bulletin, stres kronis bisa menekan sistem kekebalan tubuh yang membuat orang lebih mudah terserang penyakit flu.
5. Kanker payudara
Wanita yang terkena kanker payudara metastatik, yakni kanker yang telah menyebar, dua kali lebih sering kambuh jika mereka sedang stres, menurut penelitian 2007 di Psychosomatic Research. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tikus pada tahun 2009, seekor tikus yang mengalami stres akan tiga kali lebih besar untuk mengembangkan kanker payudara di tempat pertama dibandingkan dengan tikus yang tenang. Penelitian ini dilakukan di Prosiding National Academy of Sciences.
6. Insomnia
Menurut penelitian yang dilakukan di Clayton Sleep Institute di St Louis, orang dengan stres kronis lebih sering mengalami gangguan tidur (insomnia), mereka cenderung melakukan aktivitas tidur lebih sedikit, dibandingkan dengan orang-orang yang mengalami kelelahan.
7. Penyakit jantung
Sebuah makalah yang diterbitkan Scandinavian Journal of Work Environment and Health tahun 2006, melaporkan bahwa orang-orang yang secara teratur mengalami stres, 50 persen berisiko terhadap penyakit jantung.
"Stres kronis mengaktifkan sistem saraf simpatik yang menyebabkan kerusakan lapisan dalam arteri dan juga membantu pembentukan gumpalan darah, yang menjadi penyebab serangan jantung," kata Cohen.
8. Alergi
Berdasarkan penelitian di Universitas Ohio State, stres bisa mengakibatkan orang yang terkena alergi jadi bertambah lebih parah. Reaksi alergi bisa bertahan lebih lama daripada orang yang tidak mengalami stres.
9. Mengurangi kesuburan
Dua hormon stress, kortisol dan hormon gonadotropin menghambat pelepasan hormon seks utama dalam tubuh, yang menyebabkan pengurangan jumlah sperma, ovulasi dan hasrat seksual. Hal ini dinyatakan pada sebuah studi 2009 yang dilaporkan dalam Prosiding National Academy of Sciences.
10. Stroke
Orang-orang yang secara teratur mengalami stres 50 persen lebih mungkin untuk menderita penyakit stroke fatal dibanding orang tanpa stres. (dar)
Berdasarkan analisa tahun 2004, dari 293 penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Bulletin, stres kronis bisa menekan sistem kekebalan tubuh yang membuat orang lebih mudah terserang penyakit flu.
5. Kanker payudara
Wanita yang terkena kanker payudara metastatik, yakni kanker yang telah menyebar, dua kali lebih sering kambuh jika mereka sedang stres, menurut penelitian 2007 di Psychosomatic Research. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tikus pada tahun 2009, seekor tikus yang mengalami stres akan tiga kali lebih besar untuk mengembangkan kanker payudara di tempat pertama dibandingkan dengan tikus yang tenang. Penelitian ini dilakukan di Prosiding National Academy of Sciences.
6. Insomnia
Menurut penelitian yang dilakukan di Clayton Sleep Institute di St Louis, orang dengan stres kronis lebih sering mengalami gangguan tidur (insomnia), mereka cenderung melakukan aktivitas tidur lebih sedikit, dibandingkan dengan orang-orang yang mengalami kelelahan.
7. Penyakit jantung
Sebuah makalah yang diterbitkan Scandinavian Journal of Work Environment and Health tahun 2006, melaporkan bahwa orang-orang yang secara teratur mengalami stres, 50 persen berisiko terhadap penyakit jantung.
"Stres kronis mengaktifkan sistem saraf simpatik yang menyebabkan kerusakan lapisan dalam arteri dan juga membantu pembentukan gumpalan darah, yang menjadi penyebab serangan jantung," kata Cohen.
8. Alergi
Berdasarkan penelitian di Universitas Ohio State, stres bisa mengakibatkan orang yang terkena alergi jadi bertambah lebih parah. Reaksi alergi bisa bertahan lebih lama daripada orang yang tidak mengalami stres.
9. Mengurangi kesuburan
Dua hormon stress, kortisol dan hormon gonadotropin menghambat pelepasan hormon seks utama dalam tubuh, yang menyebabkan pengurangan jumlah sperma, ovulasi dan hasrat seksual. Hal ini dinyatakan pada sebuah studi 2009 yang dilaporkan dalam Prosiding National Academy of Sciences.
10. Stroke
Orang-orang yang secara teratur mengalami stres 50 persen lebih mungkin untuk menderita penyakit stroke fatal dibanding orang tanpa stres. (dar)
·
General
Adaptation Syndrom dari Hans Selye
Dr. Hans Selye, pelopor riset tentang
stress menyusun konsep tanggapan psikologis terhadap stress. Selye menganggap
stress sebagai tanggapan yang tidak khas terhadap setiap tuntutan terhadap
organisme. Ia memberi nama ketiga fase reaksi pertahanan yang dibentuk
seseorang jika terjadi tress sebagai Sindrom Adaptasi Umum (GAS). Selye
menyebut reaksi pertahanan tersebut sebagai umum karena penekan menimbulkan
dampak atas beberapa bagian dari tubuh; adaptasi menunjukkan suatu rangsangan
pertahanan yang dirancang untuk membantu tubuh menyesuaikan atau menanggulangi
penekan; dan sindrom menunjukkan bahwa bagian-bagian reaksi
yang terjadi lebih kurang bersamaan. Ketiga fase yang berbeda tersebut diacuh
sebagai peringatan, perlawanan, dan peredaan.
Tahap peringatan (Alarm
stage) adalah tahap awal pengerahan dimana tubuh bertemu tantangan yang
ditimbulkan penekan. Jika penekan sudah dikenali, otak segera mengirim suatu
pesan biokimia ke seluruh sistem dalam tubuh. Denyut jantung meningkat, tekanan
darah menaik, pupil mata membesar, otot menegang, dan sebagainya.
Jika penekan berlanjut, GAS maju ke tahap
perlawanan. Tanda-tanda yang menunjukkan tahap perlawanan mencakup
kejenuhan, kecemasan, dan ketegangan. Orang tersebut sekarang sedang berjuang
melawan penekan. Jika perlawanan terhadap penekan tertentu kuat selama periode
ini, perlawanan terhadap penekan lain lemah. Seseorang hanya mempunyai sumber
tenaga, konsentrasi, dan kemampuan terbatas. Individu sering lebih mudah sakit
selama periode stress tersebut dibandingkan pada waktu-waktu lainnya.
Tahap GAS yang terakhir ialah peredaan (exhaustion).
Perlawanan yang panjang dan terus menerus terhadap penekan yang sama pada
akhirnya mungkin menghabiskan kekuatan adaptif yang tersedia, dan sistem
perlawanan terhadap penekan menjadi kendur. Sangat penting untuk selalu
diingat, bahwa pengaktifan GAS menempatkan tuntutan yang luar biasa terhadap
tubuh. Jelasnya, semakin sering GAS diaktifkan dan semakin lama ia bekerja,
semakin usang dan rusak mekanisme psikofisiologis. Tubuh dan otak mempunyai
keterbatasan. Semakin sering seseorang mendapat ancaman, melawan, dan terkuras
oleh pekerjaan, atau bukan pekerjaan, atau oleh interaksi dari kegiatan
tersebut, semakin cenderung orang yang bersangkutan menjadi jenuh, sakit, kuyu,
dan berbagai konsekuensi negatif lainnya.
·
Faktor
Individu dan Sosial
Faktor
social
·
Faktor
lingkungan
Dimana perubahan yang terjadi secara tidak pasti dalam
lingkungan organisasi dapat mempengaruhi tingakat stres dikalangan karyawan.
Contohnya: keamanan dan keselamatan dalam lingkungan pekerjaan, perilaku
manejer terhadap bawahan, kurangnya kebersamaan dalam lingkungan pekerjaan.
·
Faktor
organisasional
Seperti tuntutan tugas yang berlebihan, tekanan untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam kurung waktu tertentu.
Faktor individual
Situasi
atau kondisi yang mempengaruhi kehidupan secara individual seperti faktor
ekonomi, keluarga dan kepribadian dari karyawan itu sendiri. Menurut Sarafino
(1994), faktor–faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah:
§ Tuntutan kerja yang terlalu tinggi,
seperti pekerjaan diluar kontrol pekerja yang harus dilakukan secara berulang
dan terus menerus, evaluasi lampiran kerja oleh atasan.
§ Perubahan tanggung jawab dalam
kerja.
§ Pekerjaan yang berkaitkan dengan tanggung
jawab terhadap nyawa orang lain, seperti pekerjaan tenaga medis dimana memiliki
beban yang tinggi terhadap nyawa orang lain sehingga menyebabkan kelelahan
psikis dan akhirnya menimbulkan stres.
§ Lingkungan fisik pekerjaan yang tidak
nyaman.
§ Hobi interpersonal yang tidak baik dalam
lingkungan kerja.
§ Promosi jabatan yang tidak adekuat.
§ Kontol yang padat terhadap pekerjaan.
Menurut Lazarus (1985) menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi stress kerja adalah:
§ Kondisi kerja yang kurang baik, seperti
penerangan yang kurang baik, bising, terlalu dingin atau panas, dan polusi
udara.
§ Beban pekerjaan yang berlebihan, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Tugas yang berlebihan secara kuantitatif
terjadi bila penyelesaian suatu pekerjaan dalam waktu yang singkat. Sedangkan
tugas yang berlebihan secara kualitatif bila tuntutan pekerjaan lebih tinggi
dari pada pengetahuan dan ketrampilan pekerja.
§ Desakan waktu. Desakan waktu yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tidak cukup sehingga pekerjaan
selesai pada waktu yang di tentukan.
§ Bahaya fisik, yang berupa kondisi kerja
yang membahayakan, seperti membersihkan kaca jendela gedung bertingkat atau
adanya lingkungan kerja yang membahayakan. Contohnya bekerja di tempat
ketinggian dan pemakaian mesin-mesin pemotong.
§ Spesialisasi pekerjaan. Pada pekerjaan
yang rutin dan sempit, para pekerja sulit untuk mempersepsikan pekerjaannya
sehingga pekerjaan menjadi menarik dan tidak membosankan pekerja.
Pada
penelitian yang dilakukan oleh NIOSH research (1998) penyebab stres kerja dapat
dibagi dua yaitu yang berasal dari dalam individu dan dari luar individu antara
lain:
§ Dari diri individu adalah usia, kondisi
fisik dan faktor kepribadian, apakah kepribadian tipe A atau tipe B, pribadi
ekstrovert atau introvert ayang secara keseluruhan dituangkan dalam lima faktor
kepribadian (Big Five Factor Personality yang meliputi ektraversia, emotional
stability, agrecables,dan operres to experience} dalam hal ini emotional
stability berhubungan dengan mudah tidaknya seorang mengalami stres.
§ Faktor dari luar individu adalah
lingkungan baik lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja, cita-cita.
Lingkungan mendorong kondisi kerja penuh dengan stres yang disebut stress kerja
dan dapat langsung mempengaruhi keamanan pekerja dan kesehatan.
2.
Tipe Stress Psikologis
Manusia
berespon terhadap stres secara keseluruhan, sehingga kita tidak dapat
memisahkan secara sangat tegas bentuk-bentuk stres. Stres biologis, misalnya
adanya infeksi bakteri, akan juga berpengaruh terhadap emosi kita. Bisa pula
suatu stres psikologis, misalnya kegagalan kerja, sangat berpengaruh terhadap
kesejahteraan fisik. Meski demikian, dapat disebutkan beberapa tipe stres
psikologis, yang sering terjadi bersamaan, diantaranya adalah
a. Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
b. Konflik
Konflik terjadi ketika kita berada di
bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan
yang berlawanan.
- Konflik
menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak
disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan
mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
- Konflik
mendekat-mendekat. Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama
diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti,
tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
- Konflik
mendekat-menjauh. Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia
tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk
konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus
lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan
segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena
pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh
bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada
tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi
suami-istri, dan lain sebagainya.
c. Frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
- Bila
kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi.
- Bila
kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk
melakukan sesuatu (misal jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi.
- Bila
kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar dan butuh makanan), dan sesuatu
itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.
d. Kecemasan
Khawatir, gelisah, takut dan perasaan
semacamnya itu merupakan suatu tanda atau sinyal seseorang mengalami kecemasan.
Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa kurang nyaman, rasa tidak
aman atau merasa terancam pada dirinya.
·
Symptom – Reducing Response terhadap
Stress
§
Penjelasan
symptom – reducing response terhadap stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya
waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi
kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme
pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi
gejala-gejala stress yang ada.
§
Mekanisme
Pertahanan Diri
1.
Indentifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu
untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin
serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang
mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan,
cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan
berperilaku seperti dosennya.
2.
Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang
tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki
nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia
miliki sangatlah memuaskan.
3.
Overcompensation/
reaction formation
Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang
tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta
melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.
Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara,
bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan
menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4.
Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang
peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan
yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima
oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang
disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5.
Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan
sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan
diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada
rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata
temannyalah yang tidak menyukainya.
6.
Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya
sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang
pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7.
Reaksi
konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau
mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian,
seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8.
Represi
Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak
dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan
sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan
kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat
diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan
semua makanan yang menjadi pantangannya.
11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila
menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan
lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu
maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi
konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan
lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan
rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang selalu
bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji.
Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah.
14. Sikap mengkritik orang lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan
kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka).
Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu
argument saat rapat berlangsung.
·
Strategi
Coping untuk Mengatasi Sress
1.
Menghilangkan
stres mekanisme pertahanan, dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut
Lazarus penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
a. Coping yang berfokus pada
masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi
kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang
menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
b. Coping yang berfokus pada emosi
(problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan
stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara
emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
2. Strategi
penanganan stres dengan mendekat dan menghindar:
a. strategi mendekati (approach
strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha
untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres
tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung
b. strategi menghindar (avoidance
strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan
penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri
atau menghindar dari penyebab stress
·
Pendekatan
Problem Solving terahadap Stress
Salah satu cara dalam menangani stres
yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui
bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk
menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri,
juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri.
Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil
ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan).
·
Meningkatkan
Toleransi Stress dan Pendekatan Berorientasi terhadap Tugas
Meningkatkan toleransi terhadap stres, dengan cara
meningkatkan keterampilan/kemampuan diri sendiri, baik secara fisik maupun
psikis, misalnya, Secara psikis: menyadarkan diri sendiri bahwa stres memang
selalu ada dalam setiap aspek kehidupan dan dialami oleh setiap orang, walaupun
dalam bentuk dan intensitas yang berbeda. Secara fisik: mengkonsumsi makanan
dan minuman yang cukup gizi, menonton acara-acara hiburan di televisi,
berolahraga secara teratur, melakukan tai chi, yoga, relaksasi otot, dan
sebagainya.
Daftar
Pustaka:
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan,
dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.
Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi
abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Anonim. 1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar