Jumat, 19 April 2013

Hubungan Interpersonal

A.      Model-model hubungan interpersonal
Hubungan Interpersonal
            Manusia merupakan makhluk sosial, karena itu kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia. Pergaulan itu dapat dilakukandalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi sosial dan lain-lain. Pergaulan manusia merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan hubungan atau interaksi antar individu, karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan hubungan interpersonal. Dalam bagian ini perlu diketahui tentang pengertian hubungan interpersonal, tahap-tahap hubungan interpersonal, faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal,teori-teori hubungan interpersonal dan ciri-ciri hubungan interpersonal yang baik.[1] Hubungan interpersonaladalah hubungan antara individu satu dengan individu lain yang melandasi komunikasi interpersonal yang dilakukan. Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukanrelationship.[2]
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusaak. “komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting,”  Anita taylor et al. (1977:1987). Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik diantara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan yang jelek.[3] Setiap kali kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan, kita juga menentukan kadar hubungan interpersonal, bukan hanya menentukan “content” tetapi juga “relationship”. Bukan hanya menyampaikan isi, tetapi juga mendefinisikan hubungan interpersonal. Pandangan bahwa komunikasi mendefinisikan hubungan interpersonal telah dikemukakan Ruesch dan Bateson (1951) pada tahun 1950-an. Gagasan ini dipopulerkan di kalangan komunikasi oleh Watzlawick, Beavin, dan Jackson (1067) dengan buku mereka Pragmatics of Human Communication. Mereka melahirkan istilah baru untuk menunjukkan aspek hubungan dari pesan komunikasi ini.

·       Model Pertukaran dan Analisis Transaksional
1.      Model pertukaran sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka uatama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut, “asumsim dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. “ Ganjaran, biaya, laba, dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini. Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegannya. Nilai suatu ganjaran berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain, dan berlainan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.buat orang kaya, mungkin penerimaan sosial lebih berharga dari pada uang. Buat orang miskin, hubungan interpersonal yang dapat mengatasi kesulitan ekonominya lebih memberikan ganjaran daripada hubungan yang menambah pengetahuan. Biaya adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menhabiskan sumberkekayaan individu atau dapat menimbulkan efek-efek yang tidak menyenangkan. Seperti ganjaran, biaya pun berubah-ubah sesuai dengan waktu dan orang yang terlibat di dalamnya. Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa, dalam suatu hubungan interpersonal, bahwa ia tidak memperoleh laba sama sekali, ia kan mencari hubungan lain yang mendatangkan laba. Misalnya, kita mempunyai kawan yang pelit dan bodoh. Kita banyak membantunya, tetapi hanya sekedar supaya persahabatan dengan dia tidak putus. Bantuan kita (biaya) ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang kita terima. Kita rugi. Menurut teori pertukara sosial, hubungan kita dengan sahabat pelit itu mudah sekali retak dan digantikan dengan hubungan barudengan orang lain. Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka baginya. Bila pada masa lalu, seorang individu mengalami hubungan interpersonal yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila seorang gadis pernah berhubungan dengan kawan pria dalam hubungan yang bahagia,ia akan mengukur ganjaran hubungan interpersonal dengan kawan pria lain berdasarkan pengalamannya dengan kawan pria terdahulu. Makin bahagia ia pada hubungan interpersonal sebelumnya, makin tinggi tingkat perbandingannya berarti makin sukar ia memperoleh hubungan interpersonal yang memuaskannya.
2.     Model Analisis Transaksional
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendir

·           Memulai Hubungan
a.       Pembentukan Kesan dan Ketertarikan Interpersonal dalam Memulai Hubungan
1.     pembentukan kesan
Menurut sears dkk (1992) individu cenderung membentuk kesan panjang lebar atas orang lain berdasarkan informasi yang terbatas.

-         Evaluasi : Kesan pertama. Menurut sears dkk (1992) aspek pertama yang paling penting dan kuat adalah evaluasi. Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting diantara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasikan kesan gabungan tentang orang lain.

-         Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap orang orang lain, dapat dilakukan dari “kesan yang diterima secara keseluruhan”. Sears dkk. (1992) membagi kesan menyeluruh menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan model menambahkan.

-         Konsistensi. Individu cenderung membentuk karakteristik yang konsisten secara evaluatif terhadap individu lainnya, meski hanya memiliki sedikit informasi. Kita cenderung memandang orang lain secara konsisten dari kedalamannya.

-         Prasangka positif menurut sears (dalam Sears dkk., 1992) adalah kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi negatif.


2.     Ketertarikan Interpersonal
-         Prinsip Dasar Daya Tarik  Interpersonal
·        Penguatan
Kita menyukai orang lain dengan cara member ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita. Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan sosial, dan banyak penelitian memperlihatkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain yang cenderung menilai kita secara positif (Sears, 1992).
·        Pertukaran sosial
Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita. Teori ini menekankan bahwa kita membuat penilaian komparatif, menilai keuntungan yang kita peroleh dari seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain (Sears dkk., 1992).
·        Asosiasi
Kita menjadi suka kepada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk/jelek (Clore & Byrne dalam Sears dkk., 1992)

-         Faktor-faktor yang mempengaruhinya
·        Karakter Pribadi
Daya tarik seseorang bagi orang lain, pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua hal : yang bersifat fisik (wajah, rambut, tubuh) dan yang bersifat non fisik (kepribadian, intelegensi, minat dan hobby), para ahli mengidentifikasikan beberapa karakter umum yang mempengaruhi rasa suka seseorang kepada orang lain yaitu ketulusan, kehangatan personal,  kompetensi, dan daya tarik fisik.
·        Kesamaan
Kita cenderung menyukai orang yang sama dengan kita dalam sikap, nilai, minat, hoby, latar belakang, dan kepribadian. Menurut Sears dkk., (1992) dalam hal berpacaran dan pernikahan, kecenderungan untuk memilih pasangan yang mempunyai kesamaan disebut sebagai “prinsip kesesuaian” (match principle).
·        Keakraban
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa kedekatan dapat menimbulkan rasa senang pada seseorang adalah bahwa kedekatan dapat mningkatkan keakraban. Fenomena ini oleh Sears dkk. (1992) dapat dijelaskan dengan apa yang disebut sebagai efek eksposur belaka. Efek ini merupakan suatu fenomena dimana keseringan berhadapan dengan seseorang dapat meningkatkan rasa suka kita terhadap orang lain.
·        Kedekatan
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu prediktor terbaik mengenai apakah dua orang dapat berteman atau tidak adalah seberapa jauh jarak tempat tinggal mereka. Terdapat tiga faktor yang menghubungkan antara kedekatan daya tarik interpersonal, yaitu pertama, kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kedua, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Kita seringkali memilih untuk tinggal dan bekerja dengan orang lain yang kita kenal, dan selanjutnya kedekatan geografi kita akan meningkatkan kesamaan kita. Faktor ketiga adalah bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat dari pada orang yang jauh (Sears dkk. 1992).

·         Hubungan Peran
Model Peran
terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
·         Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.
·         Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
·         Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Denagn demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
·         Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni (1) kualitas pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.

Konflik
\Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
     Substantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan. Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam.

Adequancy peran & autentisitas dalam  hubungan peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

·         Intimacy dan Hubungan Peran
Intimasi dapat dilakukan terhadap teman atau kekasih. Intimasi (elemen emosional : keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimasi mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai. Mengapa seseorang merasa intim dengan orang yang dicintai? Hal ini karena masing-masing individu merasa saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan yang lain dalam segala hal. Masing-masing merasa tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dan kehadiran pasangan hidup sisinya. 

·           Intimacy dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena (1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh; (2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan; (3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia; (4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup; (5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus . Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan.

Daftar Pustaka:
Supratiknya, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: kanisius
Widyarini, M. M. Nilam. 2009. Seri Psikologi Populer: Membangun Hubungan Antar Manusia. Jakarta: Elex Media Komputindo
Oliver, Sandra, 2001, Strategi Public Relations Jakarta : Erlangga
Roberts, Albert R. & Greene Gilbert J. 2008. Buku 1 Pintar Pekerja Sosial. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.
Hoerr, Thomas R. 2007. Buku Kerja Multiple Intelligences. Bandung: PT Mizan.
Ivancevich, John. M, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi.
            Jakarta : Erlangga
Dariyo, A. 2001. Psikologi Perkemb Dewasa Muda (CB). Grasindo
Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2.   
            Depok: Universitas  Gunadarma.

Pudjiastiti, Puline.  Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XI. Grasindo

http://www.anneahira.com/teori-pertukaran-sosial.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar