MANUSIA DAN
PENDERITAAN
Penderitaan itu sendiri berarti
adalah kesengsaraan yang timbul karena
beban hidup yang dipikul oleh masing-masing orang. Tingkat penderitaan
masing-masing orang berbeda, ada yang berat dan ada yang ringan, namun yang
merasakan ringan maupun beratnya penderitaan itu sendiri tergantung pada
masing-masing individu. Penderitaan dan manusia tidak akan pernah lepas, karena
penderitaan itu adalah sebagian dari kehidupan. Penderitaan sering kali membuat
kita hidup dalam keterpurukan. Bukan karena kita tidak terbiasa dalam
menghadapi penderitaan itu sendiri tetapi melainkan karena kita sering kali
menganggap penderitaan itu sebagai musibah dan kehancuran.
KELEMAHAN
MENTAL
Sebenarnya kekuatan mental itu
sendiri dapat dipupuk menjadi lebih kuat dari sebelumnya dengan cara:
A. Memperkuat Kerohanian
Yaa…. Salah satu caranya adalah dengan memperkuat kerohanian
anda masing-masing. Dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta, tak jarang
seseorang yang mulanya terpuruk akan suatu maslah hidupnya yang tidak kunjung
menemukan jalan keluarnya, setelah ia lebih mendekatkan diri dan memahami akan arti kehadiran Tuhan
dihidupnya. Kekuatan mental yang mulanya lemah kini mulai berangsur pulih dan
menjadi lebih kuat untuk menghadapi masalah yang baru.
Contoh yang nyata terjadi pada tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya
Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf
besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain
melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan
hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang
anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut.
Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan
ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya.
Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia
mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan
mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba
mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya
dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf
eksistensial yang besar.
B. Memprogram pikiran anda
Pikiran dengan
mental memiliki keterkaitan yang erat. Mental anda sering goyah hanya karena
banyaknya masalah yang anda hadapi. Karena faktanya otak tidak mampu menerima
masalah lebih dari tiga masalah sekaligus tanpa ada penyelesaian. Penderitaan muncul
Karena anda tidak mampu menerima dan ikhlas dengan cobaan yang sedang dihadapi, sehingga cobaan itu anda anggap
sebagai penderitaan yang sangat berat.
Ini merupakan
kesalahan program dalam pikiran anda. Dimana pikiran yang mengendalikan apa
yang anda rasakan dan apa yang anda lakukan kedepannya. Cobalah untuk memprogram
pikiran anda dengan kata-kata yang positif. yakinlah masalah dan cobaan itu merupakan
awal dari kebahagiaan dan keberhasilan dikedepannya
Penderitaan adalah Kenikmatan
Setiap manusia hidup hanya
menginginkan kebahagiaan dan kenikmatan, tak ayal manusia berusaha keras untuk
menjauhi penderitaan. Namun sekeras apapun usaha manusia untuk menghindari penderitaan,
tak akan mampu mencegahnya. Karena manusia telah diciptakan dengan kebahagiaan
maupun penderitaan, kebaikan maupun keburukan, kesenangan maupun kesengsaraan.
Penderitaan adalah salah satu hal untuk menguji sebesar apa
kita mampu menghadapi penderitaan itu. Tanpa ada penderitaan mungkin manusia
tidak akan pernah bersyukur. Karena kesenangan yang manusia dapatkan akan hanya
dapat membuat manusia lalai akan kewajibannya kepada Tuhan dan keberadaan
manusia yang lain.
Jadi penderitaan tidak akan mampu jauh-jauh dari manusia. Karena
penderitaan itu merupakan salah satu kodrat manusia yang harus dihadapi. Dengan
penderitaan akan mampu menguatkan mental seiring pengalaman masalah yang
dihadapi.